Home » Posts filed under Bands Profile
Knee and Toes, Duo Akustik Unik Asal Malang
Diposkan oleh Danang Fadian on 29 October 2013
Band Profile : Monkey to Millionaire
Diposkan oleh Danang Fadian on 20 January 2012
Monkey to Millionaire, band indie rock alternatif yang berasal dari Jakarta, Indonesia. Band ini terbentuk dari 3 orang personil yang mulai membentuk sebuah band ketika mereka masih duduk di bangku sekolah menengah, dan sempat vakum untuk beberapa waktu. Selepas dari vakum, mereka memutuskan untuk menekuni kembali band mereka ini. Dan akhirnya memutuskan untuk membentuk Monkey to Millionaire.(plesetan pada frase "dari nol menjadi pahlawan") pada tahun 2004. Mereka sudah merilis EP sejak tahun 2006, sejak saat itulah nama mereka mulai meroket. Dan kemudian melalui single lagu "Rules and Policy" yang masuk dalam kompilasi album LA Lights Indiefest setahun kemudian nama Monkey to Millionaire semakin dikenal secara luas. Akhirnya debut album penuh mereka yaitu "Lantai Merah" dengan single andalan "Replika", "STRANGE IS THE SONG IN OUR CONVERSATION" mereka semakin terkenal dan masuk nominasi di ajang penghargaan band Indonesia Cutting Edge yang sudah diadakan beberapa waktu yang lalu. harapan untuk kedepannya, Monkey to millionaire akan semakin dikenal masyarakat luas dan go Internasional.
Discog: - (EP) Monkey to Millionaire (2006)
- (Single "Rules and Policy" ) LA Lights Indiefest Compilation (2008)
- Lantai Merah (2009)
PV: - Rules and Policy
- Replika
- Strange is The Song in Our Conversation
source:http://monkeytomillionaireband.blogspot.com/
Feasting Dead - Amunisi Scene Metal Kota Apel
Diposkan oleh Danang Fadian on 23 August 2011
Thirteen (Jakarta) - Kombinasikan Berbagai Aliran Musik
Diposkan oleh Danang Fadian on 20 June 2011
Thirteen di bentuk pada pertengahan tahun 2006, diawali pertemuan Raynard dan Bobond dan kemudian mereka berencana untuk membuat sebuah project band yang berbeda dari yang sudah ada, dan ini lah formasi awal Thirteen itu sendiri. Adalah Raynard (scream / growl), Bobond (guitar), Echa (guitar), Dicky (Bass), Adit (drum), dan kemudian kita merasa butuh nuansa keys atau synth maka masuklah Rudy (Key / Synth). Awalnya band ini bernama “Devil May Cry” tetapi karena nama tersebut merupakan nama sebuah game, jadi kita harus mencari nama lain. Dan pada saat itu lah nama kita (Red. Thirteen) berubah menjadi “Thirteen”. Pada awal mulanya kita sering memainkan / mengcover lagu dari The Devil Wears Prada, Enter Shikari, Horse The Band, etc, maka dari itu secara tidak langsung mereka sangat mempengaruhi musik kita dalam membuat lagu walaupun masing masing personil mempunyai influence dan karakter bermain yg berbeda beda dan kita tidak membatasi masing masing personil dalam menuangkan ide membuat lagu. Seiring berjalanya waktu setelah release album perdana “It’s All About Party, Music & Friendship” pada tahun 2008, Echa (guitar) keluar dari “Thirteen”. Semenjak saat itu kita memutuskan untuk terus berjalan dengan formasi 5 orang, yaitu Raynard (scream / growl), Bobond (guitar), Dicky (bass), Rudy (keys / synth), dan Adit (drum). Pada pertengahan tahun 2009 Rudye (keys / synth) memutuskan keluar dari Thirteen dikarenakan ingin melanjutkan studi kuliah nya. Dan beberapa waktu kemudian kita menemukan 2 makhluk bumi lainya, yaitu Jodi (clean voc) yang juga vocalist dari “Define : Divine” , dan Eponk (keys / synth) “Cemetery Dance Club”. Dengan formasi yang sekarang ini kita akan tetap memberikan warna musik yang berbeda, dengan tetap memasukan beberapa unsur musik seperti Metal, Post Hardcore, Emo, Screamo, Pop, Punk, Disco, Trance, Drum & Bass, etc. Or you can called it “Whatevercore”
source: http://thirteenjkt.com/
Alice In Wonderland - Band Indie Screamo asal Kota Malang
Diposkan oleh Danang Fadian on 15 June 2011
Alice In Wonderland terbentuk pada tahun 2010 dengan mengusung konsep musik screamo dengan personil Rendy (vocal), Gosrenk (bass/growl), Yoga (gitar), Ozy (lead gitar), Bobby(keyboard), Rangga(Drum). Seiring dengan perkembangan musik rock dengan aliran metal/screamo di kota malang. A.I.W (Alice In Wonderland) mencoba membawakan instrument musik yang berbeda khususnya di kota Malang. Arti dari nama Alice in wonderland sendiri sebernarnya memiliki arti khayalan khayalan kami(Red. A.I.W) untuk bermimpi bisa menjadi band yang memiliki reputasi besar dan profesional. Mungkin mimpi kita (Red. A.I.W) terlalu tinggi namun setiap orang tidak akan bisa hidup tanpa mimpi dan mimpi itulah yang membuat kita (Red. A.I.W) untuk bisa menjadi lebih dari harapan kita(Red. A.I.W). Band band yang mempengaruhi musik A.I.W antara lain The Devil Wears Prada, Bless the Fall, Asking Alexandria, dan Motionless in White.
for more : http://www.reverbnation.com/aliceinwonderlandmalang
Arkarna Biography
Diposkan oleh Danang Fadian on 16 January 2011
OLLIE JACOBS - VOCALS
JAMES BARNETT- GUITAR/BASS
LALO CREME- GUITAR
BID - DRUMS
With a name that means 'hidden knowledge," it should come as little surprise that London-based quartet Arkarna take an almost alchemical approach to making music. Effortlessly mixing classic and modern pop influences into a pop-savvy, guitar-drenched, beat-heavy brew, Arkarna's songs hold up equally well on the radio, dancefloor or the live concert stage-as their critically-acclaimed performances have proven. At a time when the industry and the media are busy choosing sides in the rock vs. techno debate, Arkarna offer a simple solution on their debut album Fresh Meat: why not both?
Meeting several years ago at now-legendary Rollover Studios in West London-where the Prodigy, Chemical Brothers and Leftfield have all recorded-engineering/mixing phenom Ollie Jacobs and guitarist James Barnett quickly began writing songs together. Jacobs, or Ollie J. as he is usually credited, had been working at Rollover-co-owned by his dad-since his early teens and was influenced tremendously by house and hip hop music. Before his twentieth birthday, Ollie had already produced, mixed and engineered tracks for an impressive array of dance acts including Pressure Drop, Dreadzone, Leftfield and others.
Barnett, a young but accomplished musician, had been an early advocate of the 'guitar meets techno' sound and set about testing it throughout Europe as part of Spiral Tribe and also guitar/techno innovators The Sandals. By the time Barnett came to Rollover, he had already developed quite a reputation through his performances at UK club Megadog with his band Lunarci. Jacobs, a huge admirer of this hybrid approach to electronic dance music, developed an artistic kinship with Barnett that was instant and almost karmic. Before long, the duo recorded and independently released their first single "R U Scared" as Arkarna-a name chosen from Tarot cards by Ollie's mother, who is described by Jacobs as a white witch and spiritual healer.
With critical raves coming in and a groundswell of underground fan support for "R U Scared," Arkarna were quickly signed to WEA. Soon after, guitarist Lalo Creme had come to Rollover looking for work at the suggestion of producer Trevor Horn. Recently returned to London-Creme, son of 10cc co-founder and music video pioneer Lol Creme-had been skateboarding and playing club gigs in Los Angeles with little success. He proved to be just what James and Ollie needed, however, as Lalo's alt-rock sensibility brought Arkarna one step closer to realizing their vision of recording and performing as a 'proper' band. As a trio, Arkarna recorded their debut single "House On Fire" for WEA which went straight into the UK Top 40 earlier this year.
A taught, edgy track, "House On Fire" is a blueprint to Arkarna's musical approach. Layers of acoustic and electric guitars, percolating rhythms, killer hooks and lots of attitude result in a moody song that is not quite techno and not quite pop, but a fresh combination of both. Vibey remixes of the track by Propellerheads and Alex Reece are already mainstays on DJ turntables throughout the world. Also the band's U.S. debut single, "House On Fire" is included on the new Batman & Robin soundtrack.
Following the release of "House On Fire," James, Ollie and Lalo began recording their album for WEA U.K. and took their songs on the road as a band for the first time. The tour was a breakthrough for Arkarna-showcasing the strength of their songs, their ability as musicians and undeniable good looks. Maybe the most important thing that came out of the tour, however, was the band's relationship with Bid, a veteran session player. Bid was the first drummer auditioned before the tour and their only real choice for the number four spot in the group. By the end of the tour in early spring, he was brought into the album recording sessions and made an official member of the band.
With Bid behind the kit, Arkarna completed the ten tracks for the self-produced Fresh Meat-one of the most varied collection of songs recorded by a debut band in recent memory. From the power riffing of "So Little Time" to the trip-pop of "Future's Overrated" to the atmospheric balladry of "Block Capital," Arkarna are almost impossible to categorize. Already being compared to such innovators as Nine Inch Nails, Underworld and New Order by the UK press, the group is ready to bring their genre-bending brand of '21st Century pop' to America and let the listeners judge for themselves. Arkarna will be a featured act on the month-long Electric Highway Tour. Fresh Meat is released on August 26 on Reprise Records in the United States.
Profil Band: Bangkutaman, Sukses Lewat Genre Indie-Pop
Diposkan oleh Danang Fadian on 13 January 2011
Bermula pada pertengahan 1999, Irwin dan Bayu yang kebetulan kuliah satu kampus di Jogja ingin membuat band untuk iseng mengisi waktu luang. Dua personil pertama ini memiliki genre yang sama dalam hal musik, yaitu Brit-Pop/Indie-Pop. Pada awalnya mereka kesusahan sekali untuk mencari personil lain yang sealiran di kota tersebut, karena memang indie pop sangat langka di Jogjakarta. Tapi kesabaran dan kerja keras ternyata membuahkan hasil.
Akhir tahun 1999, mereka berdua berkenalan dengan Acum (Wahyu) yang ternyata memiliki kiblat musik yang sama. Untuk bisa tampil diatas panggung dengan membawakan indie pop adalah impian mereka, maka Bayu memutuskan untuk mengajak Nanang, teman baiknya untuk bermain drum sebagai additional player. Formasi ini bernama "The Garage Flower", nama itu mereka dapat dari nama album pertama dari band asal Manchester, The Stone Roses. Pada masa itu, mereka masih terlalu berkiblat kepada The Stone Roses. Formasi pertama sebagai berikut : Acum pada vokal, Irwin pada gitar, Bayu pada bass dan Nanang pada drum.
Seleksi pertama di kampus UPN dengan membawakan "I Wanna Be Adored"-nya The Stone Roses dan hasilnya sangat tidak menggembirakan. Dengan berjalannya waktu, Nanang tidak bisa lagi membantu The Garage Flower karena ia sibuk dengan bandnya yang sudah sibuk (Teknoshit). The Garage Flower vakum untuk beberapa saat, namun selang 3 bulan salah satu teman tongkrongan kampus, Ade mengajak temannya Dimas untuk bermain bass dan Bayu pada drum. Formasi kedua ini menjadi : Acum yang mulai memegang gitar sebagai rhytm dan vocal, Irwin pada lead-guitar, Bayu pada drum dan Dimas pada bass. Ternyata formasi ini tidak bertahan lama juga. Dimas ternyata harus cabut karena ia harus konsentrasi dengan urusan-urusannya. Sekali lagi, terjadi kevakuman. September 2000, masuklah Deni, hasil perkenalan lewat chatting. Denny masuk sebagai drummer untuk menggantikan Bayu, sehingga Bayu kembali lagi menjadi basis.
Dengan masuknya Denny, nama band mulai berubah menjadi "bangkutaman". Dengan berganti nama band, keempat personil mulai benar-benar serius dalam band. Nama bangkutaman dipilih karena seringnya Irwin dan Bayu beserta teman-teman lainnya duduk sambil bersendau gurau di bangku-bangku yang ada di pinggir taman di dalam Kampus Sanata Dharma. Dengan bergantinya nama menjadi "bangkutaman", barulah mulai terlihat titik terang dalam bermusik.
Bangkutaman manggung pertama kali di Jogja dalam acara "ngamen" di kantin Kampus Sanata Dharma. Dengan semangat idealis membawakan warna-warna lagu indie pop, dengan jujur dapat dikatakan bahwa kehadiran mereka masih terlalu asing. Masing-masing personil pun mengerti bahwa di Jogjakarta, musik Brit-Pop/Indie-Pop adalah underground among undergrounds. Sebagai puncaknya, mereka berhasil membuat single demo live berisi 4 lagu sendiri yang dipromosikan saat mereka manggung dalam acara "Proud To Be Indonesian" di GM2000 cafe di Jakarta pada bulan Mei 2001 lalu. Tahun 2001, Bayu resmi meninggalkan bangkutaman dan konsentrasi pada proyek pribadinya. Bayu terlihat sepanggung dengan bangku taman untuk terakhir kalinya pada 22 juli 2001 di New Java Cafe. bangkutaman masih memiliki sound yang definit meskipun bertiga, ini ditambah pula dengan additional player pada bass, Donald, yang pernah membantu bangkutaman. Setelah itu semua, pada tahun 2001 juga semua menjadi lebih baik untuk bangkutaman. Hal ini diawali dengan munculnya komunitas indie-pop yang bernama "Common People". Komunitas ini dimotori oleh band bernama "Parachute" yang salah satu personilnya adalah Dedyck. Dari saat itu pula bangkutaman mendapatkan manajer dan drummer baru yang definit dan berkarakter. Dengan adanya Nuki Dajjal sebagai manajer dan Dedyck sebagai drummer bangkutaman yang tetap, bangkutaman memulai semua hal dengan lebih professional tetapi tetap mempertahankan idealisme dan etos "Do It Yourself". Hingga saat ini, bangkutaman adalah Acoem, Irwin, Dedyck dengan manajer Nuki Dajjal.
Sejak tahun 2003, bangkutaman mulai memasukkan suara keyboard dalam konsep live-performance. Pemain keyboard bangkutaman pada awalnya adalah Topan; yang mana merupakan drummer band bernama "The Monophones". Tetapi karena kesibukan dengan bandnya, Topan tidak terlalu lama mengiringi karir bermusik bangkutaman. Sejak adanya Topan, bangkutaman mulai terdengar avantgarde dan psychadelic. Tidak dipungkiri, unsur warna musik dari The Stone Roses sedikit demi sedikit mulai pudar. bangkutaman tetap mencari sound yang definit karena mereka ingin terdengar seperti bangkutaman sendiri dan bukan seperti band-band luar yang menjadi influence mereka. Sepanjang tahun 2004, bangkutaman sibuk dengan pembuatan EP "Garage Of The Soul" mereka.
Proses pembuatan cukup lama karena masing-masing personil merasa selalu kurang dalam pembuatannya. Proses mixing dilakukan di 3 studio, yang mana ada beberapa hasil mixing-an tidak dipakai karena mereka merasa kurang bagus. Desember 2004, "Garage Of The Soul" dinyatakan selesai dan dilaunching di Jakarta pada April 2005 kemarin. Di tahun 2004 dan 2005 bangkutaman memperkuat kembali ciri khas mereka. Mereka mulai berani mengeksplore suara organ (Satelit dari "Garage Of The Soul" EP) dan menggabungkan dengan permainan gitar yang berbasis skill. Permainan pada live performance juga sudah menunjukan perubahan. Dalam ekplorasi permainan dan sound gitar, bangkutaman mulai menggabungkan avantgarde, psychadelic dan blues. Tidak ketinggalan juga permainan gitar dengan mengunnakan effect 12 strings untuk mengeluarkan nuansa 60's-nya. Bass pun mulai dimainkan secara monoton dengan nuansa avant-garde-nya juga. Mungkin yang masih kental dengan nuansa madchester dari bangkutaman adalah permainan drumnya, meskipun sampai detik ini pun, bangkutaman tetap membiarkan The Stone Roses hidup di hati mereka.
Secara singkat, itulah kurang lebih perjalanan karir musik bangkutaman. Masih banyak lagi yang belum diceritakan.
source: bangkutaman.tk
Biography The Hydrant
Diposkan oleh Danang Fadian on 29 May 2010
Formed in Bali, 2004, shocked Indonesia with the 50's Rockabilly outfits. Cello 'the Black Elvis', Wis ' the Hot Rod Guitar Devil', Zio 'the cool big bass' and Morris 'the villain Prince Charming' have blown the new fresh air to Indonesian Music. Think Elvis meets Stray Cats, the Hydrant's sounds keep shocking, eventually EMI music Indonesia made a contract in early 2007, first major album under EMI is Rockabilly Live!, Previously The Hydrant released Saturday Night Riot under Electrohell Record and 3 compilation albums. The aim is to bring the rockabilly sound from Bali to all over the country. The beautiful stage act, the Hydrant known as the Rockabilly Riot from Bali.
Biography Dialog Dini Hari
Diposkan oleh Danang Fadian
Tentang Dialog Dini Hari
Apa yang biasanya paling diharapkan dari sebuah album side-project? Tentunya sisi (ideal?) lain yang belum pernah ditampilkan musisi itu sendiri di mata dan atau telinga para penggemarnya secara luas.
Pada akhir kuartal pertama di tahun 2008, para motor penggerak dua band besar asal Bali, Dadang SH Pranoto dari Navicula dan Ian Joshua Stevenson serta Mark Liepmann dari Kaimsasikun, duduk bersama. Menyepakati diri mengalirkan dialog bebas lepas tengah malam dan merangkumnya ke dalam musik dan notasi sederhana. Sembari sejenak menanggalkan emblem yang telah menahun melekat pada eksistensi Navicula yang sering dijuluki “neo-green-phsycedelic-grunge-core” dan Kaimsasikun dengan stempel “deep-psycho-brit-rock”-nya.
Leburan demi leburan blues, folk dan ballad ditakar oleh Dialog Dini Hari sedemikian tepat sebagai degup melodi penghantar pesan ringan-cerdas-indah dalam warna vokal bariton yang merdu menyeruak dari dalam luka yang membekas. Sedangkan dominasi suara gitar aksutik dan semi-steel-dobro yang khas, plus selingan gesekan steel-slide yang kasar dan ekspresif berhasil membangun dinamika nuansa live yang sangat terjaga.
Ke empat belas nomor pada album bertajuk Beranda Taman Hatia.l: Renovasi Otak, Beranda Taman Hati, Bumiku Buruk Rupa, Sahabatku Jadi Hantu, Hati-Hati, dll. sebagian besar ditulis Dadang SH Pranoto selaku biduan/gitaris dan ditata Ian Joshua Stevenson (bas). Sedangkan sektor beat apik diracik oleh Mark Liepmann. Keseluruhan karya mereka yang mencitrakan kepekaan pada relita sosial dan fenomena alam ini juga mendapat seabreg sokongan dari sederet musisi kondang pulau dewata macam Ed Eddy Rsdvs (piano & organ), Windu Supersoda (pianika), Deny Surya Rokavatar (drum) pada lagu Oksigen dan biduanita bersuara emas Sari Nymphea. Tak ketinggalan pula, sentuhan nada dari Rio Sidik Saharadja.
Dialog Dini Hari - Beranda Taman Hati
Selain keterlibatan para musisi, kaum sineas muda Bali juga saling membahu menggarap tampilan videoklipnya. Yuda (Otak Seger Visual Communication)memilih single Pagi dengan merekam gambar gambar indah-asri berlatar gunung dan danau Kintamani.
Sedangkan Ridwan Rudianto (Di Ujung Ufuk)menggambarkan lagu Renovasi Otak dengan gaya simbolis-minimalis berpesan padat.
Di tangan Igo (produser muda kontroversial yang pernah ‘mengantar’ Ed Eddy & Residivis hingga terganjar 6 bulan penjara dengan masa percobaan setahun akibat lagu berjudul Anjing yang dianggap menghina institusi polisi) trio yang kini berformasikan Dadang SH Pranoto (vokal & gitar), Michael Brozio
Orah (mantan The Hydrant) pada bas, dan Putu Deny Surya Wibawa (Rokavatar) di departemen drum; ini diproyeksikan untuk dapat terbit membawa pencerahan segar bagi insan penikmat musik dengan ajakan sederhana: Berdialog merenovasi otak dan fisik.
Profil Suicidal Sinatra
Diposkan oleh Danang Fadian on 22 January 2010
Terbentuk di Bali pada tahun 1996 awalnya dengan mengusung nama S.O.S. (Soul Of Speed) yang jika dilihat dari namanya tegas menyiratkan genre musik yang diminati yaitu Heavy Metal utamanya Helloween.
Pada fajar 2001 S.O.S. pelan-pelan bergeser dari genre Heavy Metal menuju Rockabilly a la Living End serta diramu dengan Psychobilly tipikal Tiger Army & Reverend Horton Heat (campur sari ini mereka istilahkan sebagai “Rockabilly Nu Skool”). Sampai kemudian 14 Februari 2004 S.O.S. merilis album indie pertama bertajuk “Valentine Ungu”. Album yang berisikan 8 lagu ini seakan mendeklarasikan S.O.S. telah resmi pindah jalur ke Rockabilly Nu Skool.
Album Valentine Ungu sendiri mendapat respon positif dari pasar, dimana 700 keping segera saja ludes habis terjual. Beberapa media massa nasional memberi komentar cukup baik terhadap Valentine Ungu. Sementara komunitas Indie di Jakarta sempat pula mencicipi dahsyatnya performa mereka saat mengguncang GOR Jakarta Utara dan hajatan kampus Universitas Sahid pada pertengahan 2004 silam.
Untuk melengkapi perubahan identitas musikal dari Heavy Metal ke Rockabilly Nu Skool maka pada 16 Agustus 2004 S.O.S. formal berubah wujud menjadi SUICIDAL SINATRA (terjemahan bebasnya : Frank Sinatra dalam versi yang lebih garang/nekat ). Sinatra—dengan personil terakhir Opix Sinatra (biduan, gitar pendamping), Leo Sinatra (gitar utama), Kappe Sinatra (bass betot), Ajie Sinatra (drum)—di saat hampir bersamaan pada akhir 2004, menyabet gelar prestisius sebagai kelompok musik terbaik di ajang Indie bergengsi “Skool Of Rock” sesi ke II yang diselenggarakan oleh Hard Rock Café, Bali.
Tepat setahun setelah dirilisnya Valentine Ungu, pada Februari 2005 Sinatra menerbitkan mini album ”Love Songs & Stinkin’ Cheese” dengan 5 tembang cadas bertempo sedang: “White Shoes”, “No Money No Honey”, “Can’t Be Ur Man”, “Going Old With You”, serta “Kentang”.
Eksistensi “Love Songs & Stinkin’ Cheese” ternyata sanggup menculik perhatian jajaran media nasional berpengaruh mulai dari Hai, Trax, Ripple, hingga Rolling Stone. Malah Rolling Stone secara tegas memberi Sinatra gelar terhormat dengan menempatkan Sinatra sebagai “Artists to Watch” di salah satu edisinya. Ekspose yang demikian gencar akhirnya menggugah para event organizer untuk mengundang Sinatra tampil dalam konser-konser bergengsi. Yang patut dicatat di antaranya adalah kehadiran mereka sebagai band panggung utama di Soundrenaline Bali pada Agustus 2005. Sementara single “White Shoes” penetrasinya cukup jauh hingga mencapai Jepang. Single tersebut disertakan dalam album kompilasi “Tropicalize II” disatukan dengan artis-artis besar macam Pennywise & Jack Johnson. Dan videoklip “White Shoes” juga menorehkan jejak prestasi fenomenal dengan meraih juara pertama dan bertahan hingga beberapa minggu di chart videoklip indie Global TV.
Pada 2007 Sinatra akhirnya merilis album–yang frontal mengekspresikan pilihan genre mutakhir mereka—bertajuk “Boogie Woogie Psychobilly”. Benar, Sinatra telah mengukuhkan dirinya sebagai band pioneer Psychobilly di Indonesia.
Boogie-Woogie-Psychobilly… Drink whiskey and cheap Martini…
ARTIST DETAILS
Nama: SUICIDAL SINATRA
Tanggal/Tahun Berdiri : 16 Agustus 2004
Genre: Psychobilly/Rockabilly Nu Skool
Personnel:
1. Leo Sinatra (gitar & vokal)
2. Kappe Sinatra (stand up bass, vokal latar)
3. Ajie Sinatra (drum)
DISKOGRAFI
1. Valentine Ungu
Rilis: 2004
2. Love Songs & Stinkin’ Cheese (EP)
Label: Electro Hell Records
Rilis: 2005
3. Boogie Woogie Psychobilly
Label: Electro Hell Records
Rilis: 2007
4. Tropicalize vol. II (kompilasi)
Lagu: White Shoes
Label: (label dari Jepang)
Rilis: 2006
5. Moshpit Mavericks (kompilasi)
Lagu: Iblis Surga
Label: The Blado Beatsmith
Rilis: 2007
ADDITIONAL INFOS
Influenced by: The Living End, Tiger Army, Mad Sin, Reverend Horton Heat, The Clash, Johnny Cash, Frank Sinatra
Gigs Terbaik:
1. Panggung Utama Soundrenaline, Denpasar, 2007
2. Tour bersama 7Crowns, Bali-Malang-Surabaya-Gresik-Yogya, 2006
3. Panggung Utama Soundrenaline, Denpasar, 2005
4. Thursday Riot at Parc, Jakarta, 2005
Interview Report with Psychofun
Diposkan oleh Danang Fadian on 17 January 2010
* Who run this page?
The page is run by tonki the band's guitarist and the band from his laptop.
* Where do u guys come from?
Actually the band come from Semarapura,east Bali. But now we stay in Denpasar,Bali-Indonesia.
* When will you play in our city?
All confirmed show will be updated on our myspace page. we would love to play in your town, we will play in your town when there's event organizer who invite us to do show in your town, then we will come. Or perhaps you can organize it for us? for sure, please contact our manager to get the band rider.
* Where to get your records and merch?
You can get our latest album in your town, please take a look at our blog where is our records distributed. If those shops is not near you, please do mail order to us via email: info@psychofun.com and you will get the step to get our album. We are working on a new design right now for our merchandise, please stay tune.
* About top friend on myspace page.
We don't put top friend in a particular order, we only put someone in our top friend because we know them and we like them.
* How do you describe your music?
Our music is basically rock, but we put alot of element on it so it's become Psychofun's music.
Devildice Biography
Diposkan oleh Danang Fadian on 13 January 2010
Formed in 1997 in the middle of sins and happenings of Kuta (Bali), Devildice was put together by Jerinx (guitar/vocal) and Kuzz (bass), and formerly used the name Culture On Fire, which chose to be cover version of Social Distortion, their favorite punk old skool band. With the help of friends in drum and guitar, Culture On Fire entertained the Bali underground music scene.
With Jerinx as the drummer and songwriter of Superman Is Dead (SID), gave this band the impression of a ‘halfhearted band’ and comfortable with the status of cover version band.
In 2002, Jerinx realized that he had many wrote many songs, which were not the character of SID songs but he could use them as songs of Culture On Fire, which was more dark than SID. He, then decided to be more serious in running his second band. After, there were few personnel changes and the rename of the band to be “Devildice”, eventually Jerinx and his friends released their first album ‘In The Arms Of The Angels’ in 2004. This album was produced independently with their own cash and label.
Now (2009), with the formation of Jerinx (vocal/guitar), Kuzz (bass), Cash (guitar), T.R (drum), and Dr.F (trumpet), Devildice has performed in variety of music festivals, charity concerts, skate, surf, tattoos, and bike competitions at stadiums, beach, courts, bars, clubs in Bali.
Devildice has also been involved in few environment campaign projects, compilation album, skate video, surf video and many more.
In making music, Devildice is influenced by old ganster/mafia movies, kustome kulture, and the exotic of tropical punk.
Terbentuk 1997 di tengah keramaian dosa dan peristiwa di Kuta [Bali], Devildice yang dibentuk oleh Jerinx [gitar/vokal] dan Kuzz [bass] awalnya memakai nama Culture On Fire dan memilih menjadi band cover version Social Distortion, band punk old skool idola mereka. Dibantu oleh beberapa kawan yang mengisi posisi drum dan gitar, Culture On Fire rajin meramaikan acara-acara musik yang bersifat underground di Bali.
Kesibukan Jerinx yang juga drummer/penulis lagu di Superman Is Dead [SID] membuat Culture On Fire makin terproyeksi menjadi band yang 'agak kurang serius' dalam berkarir dan nyaman dengan status band cover version.
Tahun 2002, Jerinx menyadari ia punya banyak stok lagu yang tidak masuk dalam karakter SID namun bisa ia masukkan ke dalam karakter Culture On Fire yang lebih gelap. Ia pun memutuskan untuk lebih serius lagi menjalani proyek band keduanya ini. Setelah mengalami bongkar pasang personel dan perubahan nama menjadi Devildice, Jerinx dan kawan kawan akhirnya merilis mini album perdana Devildice 'In The Arms Of The Angels' tahun 2004 dengan biaya dan label sendiri.
Hingga kini [2009] Devildice yang diperkuat Jerinx, Kuzz, Cash [gitar], T.R [drum] dan Dr.F [trumpet] telah bermain di ratusan festival musik, acara amal, skate, surf, tattoos dan motor di stadion, pantai, lapangan, bar/club di Bali.
Devildice juga terlibat dalam beberapa proyek kampanye lingkungan, album kompilasi, skate video, surf video dan lain lain.
Dalam berkesenian, Devildice banyak dipengaruhi film-film gangster/mafia jaman dulu, kustom kulture dan eksotisme khas punk tropikal.
Navicula Biography
Diposkan oleh Danang Fadian on 24 December 2009
Navicula was formed in 1996 in Denpasar, Bali by two musician activists: Robi and Dankie. After changing personnels numerous times, the current formation is: Rob (vocals, guitar), Dankie (guitar), Made (bass), and Gembull (drums). The name Navicula was inspired by a type of single celled golden algae, which is shaped like a small ship (in Latin Navicula means small ship).Their music has a grunge rock undertone, but is combined with many other genres of sound, such as ethnic, psychedelic, alternative, progressive, and straight forward rock. The band's lyrics are heavy with activism messages of Peace, Love and Freedom.
Though the band has always been active in the indie music scene, in 2004 they signed a contract with Sony-BMG, a major label. Navicula released their 4th album, Alkemis, with sony-BMG. But, in 2007 they released their 5th album, Beautiful Rebel, independently and returned to following their ideals through the indie music scene. Navicula is based in Bali, but as an independent band, they continue to keep up a national profile. Since releasing their 5th album they have already began promotion through Java. Though distribution of the album isn't as widespread, it is available on i-tunes or it can be ordered through the band's myspace site or email: navicula.bali@gmail.com
Navicula didirikan tahun 1996 di Denpasar, Bali oleh dua aktivis musik: Robi dan Dankie. Setelah melewati beberapa kali pergantian personil di tahun-tahun awal band ini dibuat, hingga terbentuklah formasi terkini yang terdiri dari: Rob (vokal, gitar), Dankie (gitar), Made (bass) dan Gembull (drum). Nama Navicula diambil dari nama sejenis ganggang emas bersel satu, berbentuk seperti kapal kecil (dalam bahasa Latin, Navicula berarti kapal kecil).
Band ini mengusung grunge sebagai warna dasar musik mereka, berpadu dengan beragam warna etnik, psychedelic, blues, alternatif, folk, progresif, dibalut rock murni. Liriknya sarat dengan pesan aktivisme dan semangat tentang Perdamaian, Cinta dan Kebebasan.
Navicula lebih dikenal aktif sebagai band indie musik, walau sempat kontrak dengan major label Sony-BMG di tahun 2004. Bersama Sony-BMG, Navicula merilis album ke-4 mereka yang berjudul, Alkemis. Namun di tahun 2007, album ke-5 mereka, Beautiful Rebel, dirilis secara independen dan band ini kembali mengobarkan semangat idealisme mereka melalui jalur indie.
Musik Navicula dipengaruhi kuat oleh alternatif rock 90-an, terutama grunge / seattle-sound dari band-band macam Soundgarden, Pearl Jam, Alice in Chains, dan Nirvana. Namun, yang membuat musik mereka menjadi sedemikian unik adalah pekatnya pengaruh budaya Bali saat ini sebagai melting-pot dunia (tempat bercampurnya beragam budaya), dan kesempatan untuk berkreasi di suatu kondisi yang sangat kontras ini.
Melalui percampuran banyak elemen, dari budaya spiritual klasik Bali, pengaruh para seniman internasional yang menetap di Bali untuk menimba inspirasi, dan modern kultur di sejumlah internasional spot yang ada di Bali, band ini memperoleh rasa asli mereka, rasa ‘golden green grunge’, rasa Navicula.
Nymphea Biography
Diposkan oleh Danang Fadian on 22 December 2009
Sari (Vocals), Sogol (Guitars), Arie (Bass Guitars), Risky (Drums), formed NYMPHEA in January 2005. An Alternative Rock Band, from Bali, Indonesia.
People say that Nymphea has a female vocalist with powerful character which combines gracefully with the music arrangements and sounds. But now it would be, of course, your turn to decide whether that is true or not.
The first month of their existence, they have written five songs which then they recorded, duplicated, and gave out for free to friends, event organizers, and to local medias. They spread out up to 500 CDs.
After a couple of weeks, the jobs came. They started to get gigs, interviews, and most important, fans.
The seriousness of the whole "band thing" started rising. Then, in 2007, two of their members resigned. Arie and Risky had to leave to meet up to their parents' expectations, which was obviously not being a member of a rock band. They were replaced by Sodick and Guzt. 2008, another member left. Sogol had to start focusing more on the business he had started. He was replaced by Sony. So, after 4 years, Sari is the only one left of the former members.
But, guess what. The spirit didn't leave Sari at all. As the main song writer of the band, Sari actually found it easier to cooperate with the new guys. GREAT!!
So now, the formation is :
• Sari (Vocals)
• Sony (Guitars)
• Sodick (Bass Guitars)
• Guzt (Drums)
August 2008. At last Nymphea released their first album, titled "Malaikatmu", under two indie labels Petslooser and Proton Records. It contains 12 tracks, 3 English songs and the rest Indonesian. Distribution by one of Indonesia's major labels, Virgo Ramayana Records.
-------------------------------------------------------------------------------
Nymphea, terbentuk pada tanggal 4 Januari 2005, adalah sebuah band berasal dari Bali, Indonesia. Menurut beberapa pengamat musik, Nymphea merupakan band yang memiliki vocal wanita dengan karakter yang kuat dan enerjik, serta dibalut dengan musik yang cadas bernafaskan Rock. Musik mereka banyak mendapat pengaruh dari musisi ataupun band-band berbasis Rock seperti Sugarcult, AFI, Nirvana, Bjork, Hole, Foo Fighters, Dream Theatre, Rancid, Social Distortion, Jewel, No Doubt, dan banyak lagi yang lainnya. Karena banyaknya variasi pengaruh dari musik berbasis rock inilah, akhirnya Nymphea terbentuk menjadi band yang mengusung aliran Alternative Rock.
Nama Nymphea berasal dari kata “nymph” (Inggris), yang berarti bidadari, dan di bubuhi huruf “e” dan “a” untuk mempermudah pelafalannya.
Sebulan berjalan, belum pernah mencicipi manis pahitnya panggung, Nymphea telah menciptakan 5 (lima) lagu, semua berbahasa Inggris, dan memutuskan untuk membawanya ke dapur rekaman. Mengumpulkan semua modal yang ada, mencetak cover CD ala “home-made-sablon”, mengkopi CD secara manual siang dan malam, mereka berhasil menduplikasi mini album bertitel “Farewell” tersebut sebanyak 500 keping CD. Mini album itu awalnya dibagikan secara gratis kepada teman-teman, media lokal, dan event organizer, tetapi pada saat vocalist-nya, Sari, ke Perth, Australia, untuk menyelesaikan urusan perkuliahannya, dia mampu menjual sampai hampir 100 keping CD seharga AU$5. Sedikit bantuan pengembalian modal awal yang sangat membanggakan bagi mereka yang merasa diri sebagai band yang masih sangat muda.
Seminggu setelah pembagian mini album berlangsung, Nymphea sudah mulai menerima panggilan tugas ke medan perang para musisi, “Akhirnya kita bakal manggung!” kata mereka pertama kali mendapat tawaran mengisi sebuah acara. Melalui berbagai macam event, terkumpullah dukungan yang kuat dari para penggemar, teman, media dan pengamat musik. Berkat dukungan itu, pada bulan Agustus 2008, Nymphea dengan bangga merilis album perdananya “Malaikatmu”.
Band yang awalnya dibentuk hanya untuk pelepasan dahaga bermusik, setelah merasakan indahnya rasa diatas panggung, mulai terasa keseriusannya. Seiring waktu, datanglah cobaan yang merupakan salah satu cobaan terberat yang dapat dialami sebuah band. Pergantian personel.
Formasi awal Nymphea : Sari (vocal), Sogol (guitar), Arie (bass), Risky (drum). Tahun 2007, Nymphea kehilangan 2 (dua) personelnya. Karena tuntutan pekerjaan dan orang tua, mundurlah Arie yang kemudian digantikan oleh Sodick, dan Risky yang digantikan oleh Guzt. Kemudian pada akhir tahun 2008, Sogol juga harus meninggalkan Nymphea untuk memfokuskan pikiran pada usaha keluarganya. Nymphea kemudian mengangkat Sony sebagai guitarist pada awal 2009.
Jadi, formasi Nymphea sampai saat ini :
• Sari (Vocal)
• Sony (Guitar)
• Sodick (Bass)
• Guzt ( Drum)
Screaming Factor Biography
Diposkan oleh Danang Fadian on 29 October 2009
Screaming Factor [SF] dibentuk di kota Malang pada bulan Maret 1997 dengan formasi awal Evi [vokal], Harry [vokal], Yoyok [gitar], Andre [bass], dan Lucky [drum]. Di awal karirnya, konsep musik SF lebih kepada oldschool hardcore/punk, dan sering mengkover lagu-lagu asing milik Sick Of It All, 25 Ta Life, atau Vision of Disorder. Pada tahun 1999, SF merilis singel pertama yang bertitel We Born In Pain untuk album kompilasi lokal bertajuk For The Truth [Youth Frontline records]. Lalu di awal tahun 2000, mereka kembali merekam singel yang berjudul Wake Up. Singel ini masuk dalam kompilasi With Pain We Born [Never End records].
Setelah sempat vakum dan mengalami beberapa pergantian personil, akhirnya SF dalam formasi Novi [vokal], Udin [gitar], Yoyok [gitar], Adon [bass] dan Ayok [drum] kembali merekam demo lagu The Fire That Burns In My Heart di studio Nero [Malang]. Lagu ini masuk dalam sampler CD Solidrock Magazine 3 [2004] dan menjadi soundtrack film independen yang berjudul Jana [2005]. Di penghujung tahun 2005, SF akhirnya merilis debut album di bawah label Fukyu Records. Rilisan self-titled itu dipasarkan ke seluruh Indonesia melalui jalur independen, dan meraup respon publik yang lumayan positif. Sejak album ini, musik mereka sedikit ada pengaruh ke arah metalik. Aransemennya menjadi lebih kompleks dan progresif. Intensitas punk/hc yang liar menyambut nuansa rock-metal, mathcore, metalcore, sampai post-hardcore. Singel berjudul The Fire That Burns In My Heart juga sempat masuk dalam kompilasi nasional, Cadas Tanpa Batas [Dapross Records, 2007]. Majalah TRAX dalam edisi metal issue [Januari 2006] menempatkan mereka sebagai salah satu dari 15 band lokal Indonesia yang mampu mendefinisikan heavy metal di abad 21.
Novi dkk telah melewati berbagai jenis dan skala pertunjukan musik di kota Malang, Sidoarjo, Surabaya, Blitar, Jogja, sampai Denpasar. Mereka juga sudah berbagi panggung dengan Extreme Decay, Keramat, Antiphaty, Primitive Chimpanzee, Begundal Lowokwaru, Brigade 07, Breath of Despair, Crucial Conflict, Moment of Pain, Mortal Combat, Hands Upon Salvation, /RIF, Burgerkill, Beside, Seringai hingga Efek Rumah Kaca. Paska proses rekaman materi musik terbaru di awal tahun 2008, Adon [bass] keluar dari band dan posisinya digantikan oleh Harry [eks Kimono]. Setelah sempat jadi opening act dalam konser band asing seperti SOL [Jerman] dan Ingrowing [Ceko], Screaming Factor kembali dipercaya membuka konser Walls of Jericho [USA] di kota Malang.
Pada pertengahan tahun 2008, SF melepas mini album bertajuk Welcome Pieces yang dirilis secara digital melalui ReloadYourStereo, sebuah proyek netlabel milik Apokalip.com. Hingga kemudian kiprah SF mulai dilirik oleh publik dan media nasional. Majalah Rolling Stone menyebut mereka sebagai salah satu Bands To Watch dalam rubrik khusus Malang Rock Trip [edisi Februari 2009]. Novi dkk juga sempat terpilih sebagai salah satu band cadas Indonesia yang diulas dalam majalah Hai Star edisi Metalcore – di mana lagu singel Welcome Pieces juga masuk dalam CD sampler edisi majalah tersebut. SF lalu bergabung dalam proyek kompilasi Tribute To Koil ; Kami Percaya Kaupun Terbakar Juga yang diproduksi oleh Bakar Kolektif [Bandung] dan dirilis secara digital oleh RYS/Apokalip pada bulan Juni 2009. Di album kompilasi tersebut Novi dkk mengusung lagu lawas Koil yang berjudul Ini Semua Hanyalah Fashion. Saat ini SF sedang menyiapkan materi musik terbaru untuk karya rekaman yang rencananya bisa dirilis pada akhir tahun 2009… [solidrock]
Profil Band Begundal Lowokwaru Malang
Diposkan oleh Danang Fadian
Is it a history or a scandal? Is it a revolution or a destroyer of monotonous tradition? A massive wave that came from little district in Malang, and the story became bigger than its place. That place named Singosari, a place where Ken Arok revolutionize the history decades ago.
As ten years ago, “Begundal Lowokwaru” was just chatter of Indra Binatang and Ustad Chipeng, that revolution isn’t meant to be done in either big city or metropolis, everything can be started; depend on what we have to start first. From those chatter, a band without personnel was born. The band that somewhat influenced by rascal local bands who had clear statement about punk fashion, at that time, i.e. Laga Bara, Runtah, and also bands from early era of street punk community, i.e. Realino, Sriwedari, Meruya, and many more.
It was a short trip for Indra Binatang and Ustardz Chipeng to celebrate New Year eve in Klayatan, around 8pm, 31st December 1998, during the trip. The name for the band was born, “Begundal Lowokwaru” with two personnel. And in the next following day, the other personnel were recruited to help this uncertain project, they are: Buyung Mukembe, Age' Pipo Pilipo A.K.A Panda, Sableng, Fordi and Koko Ombat. Based on songs that they’ve created in Sidodadi Junction (place near Singosari traditional market), Begundal Lowokwaru began to perform in small punk events or sometime get leftover time from their close relative, a skapunk band “Skatoopid”. Eventually, Begundal’s songs such as “Road to the bottle (equality)”, “oi!seplok”, or “saudara sebotol” already take place in the local scene. Begundal Lowokwaru elevated street issues with straight and frank lyric-writing style; they began to get larger fans and audience, even though there still many of them questioned or even criticized their subject matter. After created some songs and gathered enough personnel, they planned to record their first album. Begundal Lowokwaru recorded their first album at Nada Musica Surabaya, this album contains 11 songs straight to the point street punk anthem, with personnel; ustardz Chipeng (vokal), John Gembel Gua Selarong (Guitar), Sableng Tangisan Boot (bass), Gopel Titisan Kiley (drum), and aided by Paduan suara Punkemiz Antartika Sidoarjo, This album was released under Street drunk rock records label in late 1999.
After this album had released, song that before was sung by local audience and relatives, now began to proclaimed in some punk communities which at that time so-called early era of punk, they rocked all the performing enquiries from Jakarta to “Island of Deity” Bali. 2000 copy album sale was a phenomenal achievement for the band from small town with mediocre music skill.
The big success in their first album brought the opportunity for Begundal Lowokwaru to collaborated with the elder of Sayidan Skinhead "the Sardonic", this album was developed in Yogyakarta, contains 11 songs from both bands, and released by Realino Records Yogyakarta, and also released with very limited copy, it was only 75 copy!. After split album release, a lot of changes occurred in the band. John Gembel resigned from the band, Age' Pipo Pilipo rejoined as bassist and Sableng filled rhythm guitar position, and Begundal Lowokwaru also invited Antok Celeng for lead guitar. With the current formation Begundal Lowokwaru began to work on their second album, at last, 11 songs which most of it written in English was released in early 2003, titled "Suburban legion", this album was an musical exploration and maturing development for Begundal Lowokwaru, a traditional instrument usually use by Arbanat (Traditional Food) seller was used in their music, made Begundal Lowokwaru became new concept for Indonesian punk scene.
This was turning point for Begundal Lowokwaru, the band hit by life necessity, Sableng and Celeng had to work in Bali, Ustardz Chipeng went to Borneo, and Gopel also went to Sumatra In this Phase, with aid from friends, Indra Binatang strived to keep Begundal Lowokwaru in motion, Begundal Lowokwaru’s vacuum phase occurred in a long time, in these time, Begundal Lowokwaru only produced one song for compilation album released by patriot 666 records Bali, titled “And the bottle for all”, this song also released by Realino Records titled “Oi! Penalti”.
In late 2004, Ustardz Chipeng return in Malang, fortunately, Antok Celeng also went back to Malang, some songs began to set in motion with band formation Ustardz Chipeng, Antok Celeng, Age' Pipo Pilipo, Bansheng Blokotok, and Udin Bach Cock(screaming factor). four songs had been made with this formation, and this time, the song contains lightweight instrument yet neat and so Begundal-ish recorded in studio ANTZ Malang, four song they produced began it’s journey fron one computer to another with mp3 format, even though, it was demo song, nevertheless it became anthem for this cold city.
Early 2006, personnel changes happened again, Bansheng Blokotok resign because the heavy tour schedule which usually crashed with his work, meanwhile, Udin Bach Cock determinate to get serious with his own band “Screaming Factor”, later on, their position filled again by “The Lost Boy” Indra Binatang who was idle because of Skatoopid was in vacuum phase, and his friend in Diskoteror project “diskopunk”, and drum position filled by an independence drummer, Rosi Kobra (played for many significant bands in local scene).
With this current formation, material for the next album was worked on; even they were still in city to city tour. Later on, in WW Studio, they recorded 20 songs for the third album, after all basic recording finished, mixing and mastering processed in GG Studio. Only nine songs added to their newest album. Titled “Punk Is A Threat Not A Fashion Tips( Goin' Traditional ), the album hit the market march 2008, just two months after released 1000 copy has been sold, this album was the answer for the thirst of Begundal Lowokwaru’s fans who longing for their work. In this phase, Indra Binatang had to vanish once more to get married. His position temporarily replaced by all-around guitarist Acoy Geboy (SATCF, kids next door, soldiers embrace) and Fat Feri (dive into summer); with this latest formation they wiped out Java-Bali on April till July 2008. And now,,,,, they are still working, recording, practicing, guitar fingering, drum practicing and rehearsals the new materials for the 4th album.
History Of Netral Band
Diposkan oleh Danang Fadian on 10 August 2009
NETRAL adalah Group Band yang dibentuk pada tanggal 11 November 1992. Dimana oleh pers Indonesia saat itu dikatakan sebagai Band Alternatif. Terlepas dari yang diberikan pers Indonesia ini benar atau tidak. Yang jelas band yang dibentuk dari hasil persahabatan di SMA Negeri 55 dan 60 Jakarta ini hanya memainkan musik yang benar-benar murni keluar dari hati Nurani mereka sendiri. Sesuai dengan Definisi Musik yang kita kenal.
Musik adalah Suatu bahasa yang universal yang dapat dimengerti oleh semua orang, dimana musik menyuarakan isi hati sang pemusik yang memang ingin mengeluarkan dan membagikan apa yang mereka rasakan kepada semua orang.
Sejak terbentuk, Netral hanya terdiri dari tiga personil, yaitu :
1. BAGUS DHANAR DHANA
Lahir pada tanggal 17 Januari 1971. Dalam band ini Bagus memainkan alat musik Bass Guitar dan juga sebagai Vokalis. Permainan Bass dan karakter suaranya memberikan warna PUNK pada musik Netral
2. GABRIEL BIMO SULAKSONO
Lahir pada tanggal 22 Desember 1971. Memainkan alat musik Drum, yang berhasil memberikan ciri yang unik pada musik Netral.
3. RICY DAYANDANI
Lebih dikenal dengan nama Miten, Lahir pada tanggal 23 September 1971, memainkan alat musik Guitar dengan memberikan ciri Rock ‘ N Roll.
Mulanya, mereka memainkan musik-musik dari luar negeri seperti Nirvana, Testament, Jimi Hendrix, Alice in chain, Metallica, dan lain-lain. Juga sering mengisi acara-acara di SMA-SMA maupun Universitas-Universitas di Jabotabek..
Banyaknya pementasan yang dilakukan membuat Netral semakin dewasa dalam penampilan. Sehingga mereka mulai memikirkan untuk membuat album sendiri. Pada tahun 1994, dengan melalui perjuangan yang tidak ringan, Netral akhirnya mendapatkan produser untuk album perdananya. Dibawah naungan PT. Indosemar Sakti, Netral merilis album wa…lah, dan berhasil menjual lebih dari 80.000 unit kaset dan Compact Disc dari album perdana ini..
Album kedua Netral berjudul Tidak Enak dirilis pada tanggal 30 Juli 1996 dan koferensi pers di Jazz Rock Café Jakarta dihadiri hampir seluruh rekan pers di Jakarta dan rekan pers dari daerah lainnya.
Album kedua Netral berjudul TIDAK ENAK, memang berkesan tidak enak, tetapi bila diamati ada keseriusan dan kepedulian dalam musik Netral sehingga menimbulkan suatu daya tarik bagi yang mendengarnya. Dengan lagu Bobo, boring day , dan desaku album kedua ini tidak kalah angka penjualannya dengan album pertama.
Band ini semakin dikenal banyak orang sehingga ketika band asing seperti Foo Fighters, Sonic Youth, dan Beastie Boys hadir di Indonesia pada acara Jakarta Pop Alternatif Music Festival, Netral diminta untuk menjadi pendamping band mereka. Tercatat lebih dari 50.000 orang menyaksikan pementasan Netral.
Tidak hanya sukses di pementasan, namun sukses Netral juga diikuti dengan masuknya Netral dalam nominasi BASF AWARD untuk kategori pendatang baru terbaik dari group Rock terbaik.
Pada tanggal 16 januari 1998, Netral mengeluarkan album ketiga dengan judul “ Album Minggu Ini “ dan berlangsung menggelar tour ke-24 kota di Sumatera dan Jawa. Dengan klip video “ Pucat Pedih Serang “ buatan Rizal Mantovani, membuat penjualan album ini terus bertambah dengan adanya lagu-lagu pertama. Angka ini terus bertambah dengan adanya lagu-lagu lain yang sangat disukai pasar seperti lagu Kau, Selamat Datang, dan Dukun Kebo Ijo. Berbeda dengan album-album sebelumnya, album ini lebih mudah didengar, dengan harapan mampu menyerap pasar yang lebih luas.
Pada bulan Juli 1998, Bimo menyatakan ingin keluar karena mau mencoba warna musik baru. Walaupun berat hati namun akhirnya Netral harus melepas Bimo. Masa-masa tanpa Bimo harus dilewati dengan Additional Drummer untuk mengisi jadwal pementasan.
Beberapa Additional Drummer yang pernah membantu Netral, adalah :
1. Hengky (Kindern)
2. Toni Traxx (Kaktus)
3. Eno (Djakarta)
Atas desakkan produser, Netral harus segera mencari Drummer tetap untuk mengisi tempat yang ditinggalkan Bimo, maka setelah mempertimbangkan banyak hal, diputuskan untuk mengajak Eno sebagai Drummer tetap Netral. Maka terhitung sejak 26 Maret 1999, Eno menerima tawaran Netral dan resmi menggantikan Bimo.
Adapun Data diri dari Eno adalah :
Nama :
Eno Gitara Riyanto
Tempat/Tgl.Lahir :
11 Oktober 1979
Pengalaman :
- Djakarta Band
- Additional Musician untuk Bima Band
Pendidikan :
Universitas Pancasila, Fak. Teknik Arsitektur
Warna Musik :
Rock, Blues, Acid, Fusion
Bersama Eno, akhirnya Netral dapat merilis album keempatnya yang berjudul “ PATEN “ pada tanggal 9 Juni 1999. Dengan didukung Additional Musician seperti Dhani Ahmad dan Dessy Fitri, hits Netral yang berjudul “ Nurani “ dipercaya dapat menaikkan angka penjualan album diatas 150.000 unit. Apalagi di album ini masih ada materi-materi seperti Babi, ’98, & Pecah Belah, Yang Enerjik, mudah dipahami dan dapat mewakili suara-suara anak muda yang selama ini kurang didengar.Sound Guitar yang unik dan pukulan Drum Eno yang dinamis menjadikan album ini lebih matang dari album-album sebelumnya.
Pada bulan Juli 1999 dengan bantuan sutradara Dimas Djayadiningrat video klip nurani menjadi juara video musik Indonesia untuk bulan Juli 1999/2000.
Pada bulan Agustus – September netral melakukan tour di beberapa kota di jawa – bali termasuk bisa main di centerstage di Hard rock hotel Bali yang biasanya diisi oleh musik-musik yang easy listening.
Akhir bulan November Miten mengundurkan diri dari netral setelah beberapa kali absen di setiap kegiatan. Pada bulan Desember 1999 Miten berpamitan untuk berangkat ke Amerika meneruskan sekolahnya.
Setelah Miten mengundurkan diri, dan sementara posisinya diisi oleh beberapa additional , yang antara lainnya adalah Damar ( kakak kandung Miten). Adapun pengisi gitar selama belum mendapat pengganti adalah :
1. Apoy ( Denny Iskandar)
2. Damar
3. Denny Chasmala
4. Taras
Secara bergantian mereka membantu netral untuk konser, rekaman atau kegiatan lainnya.
Pada bulan Mei 2000 netral menyelesaikan rekamannya untuk “album the best” yang materinya 12 lagu kumpulan dari album pertama hingga keempat dan ditambah dua lagu baru yang berjudul Cahaya bulan, dan Warna Biru.
Total jumlah keseluruhan lagu dalam album ini adalah 14 lagu, terdiri dari :
Cahaya Bulan, Wa..lah, Nurani, Pelangi, Pucat Pedih Serang, Sakau, Boring day, Bulan, Babi, Kau, Desaku, Sampah, Bobo, Warna biru.
Untuk lebih menarik lagi judul album ini di plesetkan menjadi Netral is the best. Dan akhirnya pada bulan Juni 2000 kaset dan Compact Disc album ini dirilis oleh PT. Indo Semar Sakti selaku produser netral.
Pada Tahun 2001, dengan 2 orang personil aja netral merilis album ke V dengan judul “Oke Deh” dengan hits singlenya Bertarung.
Album ini berisikan lagu-lagu terbaru karya Eno dan Bagus serta dibantu oleh beberapa additional gitar.
Tahun 2003, Netral mendapat satu personil baru untuk posisi gitar yaitu Coki, setelah melalui audisi yang panjang dan beberapa kali ikut sebagai additional gitar di beberapa konser musik bersama netral, makan akhirnya, coki resmi menjadi anggota netral. Di tahun yang sama, netral merilis album terbaru bertitel “Kancut” dengan single pertamanya yang berjudul - I Love You. Album ini cukup sukses dan merebut perhatian anak-anak muda karena materi album ini cukup fresh, dan unik namun memiliki ciri khas netral yang kental. Pada akhir tahun 2003 , Netral mengeluarkan klip keduanya berjudul – Namanya Juga Netral. Lagu yang sedikit berbau bossas ini disertai lirik yang lucu dan tetap diakhiri dengan beat ala netral yang kencang dan powerful, menjadikan lagu ini menjadi sesuatu yang baru dan unik bagi pasar musik Indonesia.
Tanggal 7 Februari 2005, netral merilis album ke VII, dengan materi 7 lagu dan hanya dicetak 7000 keping DVD saja, netral bermaksud agar album ini menjadi persembahan yang special bagi para pecinta musik netral. Karena album ini hanya dicetak terbatas. Dengan menjadi produser album sendiri dengan nama “Kancut Record”, netral merilis album “Hitam” , dengan single pertamanya – Haru Biru. Album ini hanya dijual melalui fans club neytral, melalui distro dan melalui MTV trax, dengan disertai bonus DVD berisi film tentang pembuatan album ini. Maka menjadikan album ini sesuatu yang special dan mungkin baru pertama di Indonesia.
Pada Bulan Juni 2005, netral merilis album ke 8 yang berjudul “Putih” . Atas desakkan para penggemar netral, maka album ini dirilis secara nasional dengan bekerja sama dengan Alfa Records sebagai distributor, maka album putih ini bisa diperoleh di semua toko kaset. Album ini menghasilkan banyak single seperti ; “Terbang Tenggelam”’, “Sorri”, “di Pantai di kala rembulan”, “Super Hero”, dan “Terompet Iblis”. Album putih ini cukup sukses dalam penjualannya yang tidak kurang dari 100 ribu keping kaset terjual di seluruh Indonesia. Belum lagi jadwal konser yang padat selama 1 tahun penuh, membuat album Putih ini cukup sukses.
Adalah Netral yang berarti bebas, tanpa batasan, positif, dan tidak pernah berpihak pada apa dan siapapun, hanya berpihak pada dirinya sendiri dan diatas segalanya tentunya Tuhan Yang Maha Esa.
Profil Endank Soekamti
Diposkan oleh Danang Fadian
Tanggal 1 Januari 2001 begitu berarti untuk tiga orang berandalan dari jogja Erix, Ari & Dori!
Berawal dari keisengan & banci tampil,Erix mengajak Ari & Dori untuk memikat lawan jenis dengan nge-jamn disebuah event dimlm pergantian tahun. Applaus ratusan orang yang memadati Java café jogja menggema setiap lagu selesai dimainkan.
Respon baik dari teman-teman musisi dimlm itu membuat trio ini memutuskan untuk tetap jalan, dari situ timbul nama “nyleneh” Endank Soekamti.
Walopun terkesan asal-asalan,Nama Endank Soekamti mengandung filosofi yin dan yang bagi mereka. Dua nama tersebut merupakan 2 pribadi yang sangat berbeda. Nama Endank dicomot dari si Endang gebetan Ari yang begitu cantik dan baik hati, Sedangkan Soekamti diambil dari ibu guru Erix yang judes, jahat & galak. Yapz… cukup untuk mewakili baik & buruk.
Setelah itu mereka mulai latihan di studio untuk persiapan mengikuti beberapa acara lokal.anehnya mereka ga pernah lolos seleksi & berakhir sebagai penggembira. Merasa dendam & ga puas sebagai penonton, mereka merubah strategi dengan membuat 2 lagu demo, setelah itu melakukan pendekatan ke radio-radio. Alhasil 2 lagu mereka sukses diputar di radio. Berkat lagu yang tiap pagi siang & malam mereka request sendiri di radio sebagai pancing, Jogjakarta pun pelan2 mulai mengenal Endank soekamti Sampai akhirnya tiba juga banyak orang suka & merequest lagu mereka.. Boomm!!! 6 bulan menjadi top request Endank Soekamti meroket di kota sendiri. Mulai dari situ tawaran manggung ga pernah sepi...,he he.. Bahkan hampir Semua event lokal dikampus2 menampilkan mereka sebagai bintang tamu.
Belum puas dengan botol sebagai bayaran, mereka memutuskan untuk berjuang menuju industri musik nasional. Diakhir tahun 2002 mereka mencoba membuat demo secara digital recording dirumah sendiri untuk dikirim ke label-label besar di Jakarta.Karna bosan menunggu tanggapan dari Jakarta,Erix Dory Ari melakukan diskusi dengan senior2 musisi dijogja,disitulah Pongky jikustik dan tony trax terinspirasi untuk membuat sebuah Label & merekrut Endank soekamti sebagai artisnya.
Juni 2003 Endank Soekamti merilis album pertama “KELAS I” dibawah bendera Proton Record, tak disangka jika respon pendengar musik nasional sangat antusias dengan album ini. Data sampai akhir 2006 mencatat 40ribu keping telah terjual.
Seiring dengan semakin dikenalnya Endank Soekamti muncul sekumpulan anak2 muda yg menamakan diri sebagai kamtis family (fans Endank Soekamti) di berbagai penjuru kota di Indonesia yang jumlahnya semakin hari semakin banyak. Dukungan kamtis membuat mereka lebih bersemangat bertahan di gilanya industrii music indonesia.
Ditahun 2004 Endank Soekamti mulai dilirik Warner Music Indonesia & 2005 akhirnya endank soekamti merilis album kedua “Pejantan Tambun” dibawah Label besar Warner Music Indonesia.
Melewati perjuangan dari panggung kepanggung sepanjang tahun 2005-2006 album ini mengalami penurunan terjual 30.000 copy . Ironisnya showcase mereka tercatat dengan jadwal yang lbh padat. Bahkan ditahun itu Endank soekamti sempat mendapat gelar RAJA PENSI diJKT.
Di tahun 2007 mereka merilis album ketiga dengan judul “sssttt!!!”. Album yang penuh experiment ini direkam & dimixing sendiri dirumah dengan alat yang serba sederhana. mereka juga menambah pendewasaan lagu tanpa mengurangi cirri khas mereka yg sedikit nakal. Sound yg dihasilkan pun bs dipertanggung jawabkan, bahkan banyak yang berpendapat sound album ketigalah yang paling matang . Dialbum ini juga sebuah pembuktian bahwa Endank soekamti termasuk band yg sangat survive & exis. bahkan banyak yang berpendapat sound album ketigalah yang paling matang.
Demikian sedikit tentang Endank Soekamti sebagai salah satu band rock Indonesia. Cheers!!
History Of Shaggydog - Profil Band Shaggydog - Yogyakarta
Diposkan oleh Danang Fadian
Shaggydog adalah sebuah band ska-reggae yang terbentuk di Sayidan sebuah kampung kecil dipinggir sungai di tengah keramaian kota Yogjakarta yang nyaman dan damai. Pada Tanggal 1 Juni 1997, band yang terdiri dari Heru, Richard, Raymond, Bandizt, Lilik & Yoyo' ini sepakat untuk menyebut musik yang mereka mainkan sebagai “Doggy Style” sebuah perpaduan dari beberapa unsur musik seperti ska, reggae, jazz, swing dan rock n’ roll, bahkan sampai rock yang di-mix secara special oleh 6 orang ini.
Cherry Poppin Daddies, Hepcat, Bob Marley, Song Beach Dub Allstars merupakan sebagian dari band-band yang meng-influence Shaggydog. dan pengalaman hidup merekalah yang paling menginfluence.
Waktu pun berlalu, show demi show mereka jalani. Pada tahun 1999 album shaggydog yang pertama diliris. Dengan label Doggy House (management Shaggydog), Album yang diberi title “SHAGGYDOG” ini membuahkan hasil yang diluar dugaan. 20.000 copy habis terjual. Jumlah yang cukup besar untuk sebuah band indie. Semenjak itu Shaggydog pun mulai show di daerah-daerah seputar Nusantara…dari Jawa sampai ke Lombok..sampai-sampai mereka rela meninggalkan bangku kuliah.
Dua tahun setelah itu, tepatnya tahun 2001, album kedua yang bertitel “BERSAMA” diliris. Kalau kalian tahu, album ini benar-benar diliris dengan cucuran keringat dan air mata. Motor sang manager pun tergadaikan. Bukan itu saja, rekaman yang berlangsung di Bandung ini sampai memaksa mereka untuk ngamen di kawasan Dago karena kehabisan duit…What a life Man..!!
Tahun 2003 merupakan "Lucky Year" buat Shaggydog. Dimulai New Year Party di UPN Jogja, sekitar 20.000 doggiez tumplek..blek berdansa bersama Shaggydog. Bulan Maret, Mei Shaggydog menjalani Tour 8 Kota (Semarang, Solo, Tegal, Salatiga, Purwokerto, Pekalongan, Jogja, Magelang). Dari banyaknya show, basic massa yang fanatik, musik yang ceria dan lirik yang nakal dalah beberapa diantara faktor kesuksesan Shaggydog. Dengan berbekal materi yang cukup matang, Shaggydog mengajak EMI Indonesia untuk melakukan kolaborasi agar musik yang dihasilkan Shaggydog dapat tersebar lebih luas. Kolaborasi ini akhirnya menghasilkan album ketiga Shaggydog dengan titel "HOT DOGZ". Kalau kalian pasang telinga lebar2 selebar kuping gajah...pasti syaraf urat kalian tidak sabar untuk segera mengikuti irama lagu-lagu Shaggydog di album ini.
Lagu-lagu Shaggydog tidak hanya tersebar di Indonesia, tahun 2003 sebuah perusahaan rekaman di Jepang meminta salah satu lagu Shaggydog untuk ikut kompilasi album "ASIAN SKA FOUNDATION" yang berisi band-band ska se-Asia. Sayangnya cuma beredar di Jepang. Lagu "Second Girl" yang diikutkan Shaggydog dalam kompilasi ini.
Perjalanan panjang dan berbagai hambatan yang telah menyertai karir Shaggydog selama ini telah membulatkan tekad para personil Shaggydog untuk lebih mempertajam taring mereka (kaya macan yaa) di industri musik Indonesia. Dengan kemampuan musikalitas yang semakin berkembang menunjukkan kalau tidak hanya berharap bisa diterima oleh penikmat musik di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia sekaligus akan membuat persaingan pada industri musik semakin panas.